UG

Selasa, 07 Januari 2014

AGAMA DAN MASYARAKAT

AGAMA DAN MASYARAKAT


AGAMA DAN MASYARAKAT
Berkaitanya agama dengan masyarakat banyak orang membuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan  sosial,  argumentasi rasional tentang arti  dan hakikat  kehidupan, ten tang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi,dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman  agamanya para tasauf.untuk membuktikanya bahwa agama merupakan temp at mencari makna hidup yang final dan  ultimatem, agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.
Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yang normatif  atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan, Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda,  kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sarna sekali.Karena itu kebhinekaan kelompok   dalam masyarakat akan  mencerminkan perbedaan jenis kebutuhan keagamaan.Dan Dalam  proses sosial,hubungan nilai dan tujuan masyarakat relative harus stabil dalam setiap momen.   Bila terjadi perubahan dan pergantingan bentuk social serta kultural,hancurnya bentuk sosial  dan kultural lama,masyarakat dipengaruhi oleh berbagai perubahan sosial. .


FUNGSI AGAMA
Adalah untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari,yaitu kebudayaan, sistem social dan kepribadian, Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia,sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap  kebudayaan  sebagai suatu sistem, dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Sebaga kerangka acuan penelitian ernpiris,teori fungsional memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang seimbang, Teori fungsional dapat melihat kebudayaan itu  berwujud  suatu kompleks dari  ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma,peraturan,dansistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,berhubungan,serta bergaul satu dengan lain, setiap saat  mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata  kelakuan, bersifat kongkret   terjadi di sekeliling.kita, Manusia yang berbudaya menganut berbagai nilai,  gagasan,dan  orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku,bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi,di  mana peranan dipaksakan oleh sanksi positif dan negatif, menolakan penampilannya,tetapi yang bertindak, berpikir dan merasa adalah individu.
Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan)aktivitasnya dalam masyarakat,dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.Orang tua di mana pun tidak  mengabaikan  upaya "rnoralisasi"anak-anaknyak,seperti pendidikan  agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya
Masyarakat-masyarakat tndustri Sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek  kehidupan,sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting  adalah  penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang paling penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan sendiri.
Pada Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi  agama.Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan    metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah  kemanusiaan,sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas, sering kali dengan pengorbanan lingkungan yang sakral.
Pada umumnya kecenderungan  sekularisasi  mempersempit  ruang gerak kepercayaan-kepercayaan   dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas  pada  aspek  yang  lebih kecil  dan bersifat  khusus  dalam  kehidupan masyarakat dan anggota-anggotanya.

PELEMBAGAAN AGAMA
Agama begitu universal,permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila   tidak memahami agama,akan sukar memahami masyarakat.Hal yang perlu dijawab dalam  memahami lembaga agama adalah, apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya    serta fungsi dan struktur agama, Dimensi keyakinan, praktek, pengalaman,dan pengetahuan   dapat  diterima sebagai  dalil atau dasar analitis, namun hubungan-hubungan antara keempatnya tidak dapat diungkapkan tanpa data empiris.
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak   menggambarkan sebenarnya secara utuh  
    Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat   tipe ini kecil,  terisolasi, dan terbelakang. Anggota  masyarakat menganut  agama yang sarna. Oleh karenanya  keanggotaan  mereka dalam masyarakat  dan   dalam  kelompok  keagamaan  adalah saran
Masyarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang.
Keadaan  masyarakatnya tidak  terisolasi,ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama.Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada saat yang sarna lingkungan yang sakral dan yang sekular itu sedikit­ banyaknya masih dapat dibedakan Fase-fase kehidupan  sosial diisi dengan  upacara-upacara tertentu
Di lain pihak, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas sehari-hari: agama hanya memberikan dukungan terhadap adat-istiadat, dan terkadang  merupakan suatu sistem tingkah laku tandingan terhadap sistem yang telah disahkan. Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada  pengintegrasian kaitan agama dengan masyarakat.Tugas ini tidak mudah sebab agama   lebih tahan terhadap  kajian ilmiah dibandingkan dengan  adat dan kebiasaan.Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu pandangan yang emosional dan fikiran yang bias (rational    bias). Kebiasaan pandangan emosional ini ,akibat agama dengan segala sifatnya melibatkan nilai-nilai dasar yang menyebabkan agama itu hampir tidak mungkin dipandang dengan sikap yang netral.
Bila sifat rasional penuh dalam membahas agama yang ada  pada manusia, maka berarti   bersifat nonagama. Karena itu pendekatan dalam memandang agama hanya sebagai suatu gejala(fenomena) atau kejadian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar